Selasa, 15 November 2011

Belajar Bahasa Korea


1. Angka
Dalam Berhitung Korea juga terkadang menggunakan Nomor China. Meskipun Sekarang Korea Sering Berhitung (Menulis) dengan angka biasa.
untuk jumlah item, usia : menggunakan Bahasa korea (di bawah ini yang ada di dlam kurung seperti hana, tul, see...)
Untuk nomor pada tanggal, uang, alamat, nomor telephon dan angka di atas seratus menggunakan nomor cina seperti il, ee, sam, sa, oh..
di bawah ini nomor yang di gunakan di korea:
yang di dalam kurung disebut nomor korea seperti hana tul set....
yang bukan di dalam kurung di sebut nomor china seperti il, ee, sam ....

English - Hangul  -  Pengucapan/baca :
1.  (하나) il (hana)
2. () ee (tul)
3. () sam (set)
4. () sa (net)
5. (다섯) oh (tasot)
6. (여섯) yuk (yosot)
7. (일곱) ch'il (ilgop)
8. (여덟) p'al (yodolp)
9. (아홉) gu (ahop)
10. () ship (yol)
11.십일 (열하나) ship-il (yol-hana)
12.십이 (열둘) ship-ee (yol-tul)
13.십삼 (열셋) ship-sam (yol-set)
14.십사 (열넷) ship-sa (yol-net)
15.십오 (열다섯) ship-oh (yol-tasot)
16.십육 (열여섯) shim-yuk (yol-yosot)
17.십칠 (열일곱) ship-ch'il (yol-ilgop)
18.십팔 (열여덟) shi-p'al (yol-yodolp)
19.십구 (열아홉) ship-gu (yol-ahop)
20.이십 (스물) ee-ship (sumul)
30.삼십 (서른) sam-ship (sorun)
40.사십 (마흔) sa-ship (mahun)
50.오십 () oh-ship (shween)
60.육십 (예순) yuk-ship (yesun)
70.칠십 (이른) ch'il-ship (irun)
80.팔십 (여든) p'al-ship (yodun)
90.구십 (아흔) gu-ship (ahun)
100. baek
200.이백 ee-baek
1,000. ch'eon
10,000. man
100,000.십만 ship-man
1,000,000.백만 baek-man
100,000,000. eok

2. Hari
Minggu : ilyo-il
senin : wolyo-il
selasa : hwayo-il
rabu : suyo-il
kamis  : mogyo-il
jumat : kumyo-i
sabtu : t'oyo-il

3. Bulan
English - Hangul  -  Pengucapan/baca :
January -  일월 -  ilwol
February  -  이월  - eewol
March  - 삼월 -  samwol
April  - 사월  - sawol
May  - 오월  - ohwol
June  - 유월  - yuwol
July  - 칠월 -  ch'ilwol
August  - 팔월 -  p'alwol
September -  구월  - guwol
October - 시월 -  shiwol
November -  십일월  - shibilwol
December  - 십이월  - shibeewol

Telusuri lebih lanjutdi http://www.facebook.com/notes/korean-celebrity-info/belajar-bahasa-korea-nomor-angka-hari-dan-bulan/276171162420697


MK ABK (Agresifitas pada Anak)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pengertian Agresifitas
Agresivitas adalah Agresif secara psikologis berarti cenderung (ingin) menyerang kepada sesuatu yang dipandang sebagai hal yang mengecewakan, menghalangi atau menghambat (KBBI: 1995: 12). Defenisi melalui pendekatan perilaku, agresif adalah perilaku yang melukai orang lain. Menurut Baron & Richardson, agresif dideskripsikan sebagai segala bentuk perilaku yang di maksud untuk menyakiti atau melukai makhluk hidup lain yang terdorong untuk menghindari perilaku itu.
Pada anak-anak, agresivitas dibedakan menjadi agresifitas langsung (yakni melukai, menggigit, memukul dan sejenisnya) dan agresifitas tidak langsung (yakni menghina, mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan dan merendahkan). Agresifitas ini bisa diarahkan ke orang lain atau ke diri sendiri (misalnya dengan menggigit kuku, mencabuti rambut, melukai tangan atau membenturkan kepala).
Dari jenisnya agresifitas terbagi menjadi 3 jenis, agresifitas terbuka, agresifitas tertutup atau agresifitas sekunder. Agresifitas terbuka itu yang biasanya dilakukan oleh anak-anak, sedangkan agresifitas tertutup misalnya sikap para ibu atau bapak atau bahkan dewasa yang secara agresif menghukum anak-anak dengan dalih pendidikan, kemudian agresifitas sekunder adalah agresifitas yang dipicu dari masalah lain (misalnya masalah di kantor agresifnya dikeluarkan di rumah).
Khusus untuk agresifitas terbuka pada anak-anak, seorang terapis pedagogi Jerman Jan-Uwe Rogge menilai bahwa Wut tut gut (artinya marah itu baik), karena menjadi marah itu tidak saja membutuhkan energi dan keberanian tapi juga marah adalah bagian penting untuk menjadi manusia dewasa. Sehingga ia menilai, marah atau agresifitas pada anak-anak itu sebuah kebutuhan terutama bagi anak-anak di bawah 5 tahun agar mereka lebih mengenal diri mereka sendiri, karena terkadang anak-anak menemui kesulitan untuk mengekspresikan ketidakpuasan mereka dalam bentuk kata-kata
. Tidak jarang juga kemarahan atau agresifitas pada anak-anak dilakukan untuk memanipulasi orang tua, karena anak-anak merasa bahwa bila mereka marah atau menjadi agresif, mereka lebih mudah mendapatkan perhatian orang tua.
            1.2   Sifat agresivitas yang biasa ditemui pada anak-anak.
        Beberapa bentuk agresivitas yang biasa ditemui pada anak-anak diantaranya :
1.      Menjambak
2.      Memukul
3.      Menggigit
4.      Merusak mainan
5.      Menyakiti binatang
6.      Mencubit
7.      Menjerit
8.      Meludah
1.3     Penyebab munculnya perilaku agresivitas pada anak
Secara umum, adapun beberapa dari Penyebab munculnya perilaku agresivitas pada anak adalah :
a.       Frustrasi , "Usia 2 atau 3 tahun merupakan usia transisi awal, yang ditandai dengan keinginan besar pada diri anak untuk menjadi mandiri. Tapi di sisi lain, kemampuan bahasa anak belumlah optimal. Kemampuan verbal dan perbendaharaan kosakatanya masih terbatas. Ia tidak bisa mengungkapkan sesuatu yang diinginkan atau yang tidak diinginkan dengan jelas alias bahasanya tidak mudah dimengerti orang dewasa."
b.      Meniru, Anak umur 3 tahun ke bawah sangat suka meniru. Semua fenomena di dalam lingkungan dipotretnya sebagai acuan untuk bersikap dan bertingkah-laku. Misalnya, saat melihat orang tua marah lalu memukul kakaknya, maka si kecil ini pun mencoba meniru perlakuan tersebut. Ia beranggapan, saat marah berarti saya boleh memukul, dong. Dalam suatu penelitian Aletha Stein (Davidoff, 1991) dikemukakan bahwa anak-anak yang memiliki kadar aagresi diatas normal akan lebih cenderung berlaku agresif, mereka akan bertindak keras terhadap sesama anak lain setelah menyaksikan adegan kekerasan dan meningkatkan agresi dalam kehidupan sehari-hari, dan ada kemungkinan efek ini sifatnya menetap.
c.       Eksistensi Tak Diakui, Sifat agresif juga bisa muncul karena tidak ada respon atas sikapnya. Saat anak menggigit orang tua karena kesal, orang tua justru tertawa-tawa melihat sikapnya. Cara ini jelas membuat anak bingung, apakah tindakan yang dilakukan itu positif atau justru berdampak negatif? "Akibatnya, pada kesempatan lain, anak juga akan menggigit temannya jika merasa kesal atau keinginannya tak terpenuhi."
d.      Ego Masih Besar, Anak usia ini masih memandang sesuatu dari sudut pandangnya sendiri (egosentris). Saat anak menginginkan sesuatu, semua harus terpenuhi. Demikian pula saat ada mainan di hadapannya, semua harus menjadi miliknya. Bila ada yang mengganggu atau melarang dan anak merasa tak senang, maka munculah jurus agresifnya, entah memukul, menjerit, atau dilampiaskan dengan sikap negatif lainnya. Kalau ditanya, anak akan menjawab, "Ini mainanku, kok, direbut, sih."
e.       Tidak Tahu Akibat, Anak belum tahu bahwa sikap agresif tidaklah baik. Ia hanya tahu bahwa sesudah itu temannya pasti menangis, tapi hanya sebatas itu. Kalau penjelasan lewat kata-kata dirasa tidak mempan, berikan contoh konkret bahwa menggigit itu menyakitkan. Ingat, memberi contoh tidak boleh sama dengan tindakan membalas yang harus dihindari. Gigitlah tangan anak dengan pelan, setelah itu beri penjelasan, "Tuh, digigit itu sakit, kan? Makanya jangan menggigit orang sembarangan."
f.       Belajar Bertahan, Anak di usia ini sudah mulai belajar mempertahankan diri. Hal itu dilakukan jika ia merasa mendapat gangguan atau ancaman dari luar. Caranya, dengan menunjukkan perilaku-perilaku agresif. Misal, saat melihat mainannya diusik, ia akan merebutnya kembali. Kalau perlu dengan memukul atau mendorong si teman tersebut.
g.      Asyik melihat sebab akibat,Anak usia ini kadang menikmati apa yang telah dilakukannya. Saat ia melihat teman tersebut menangis akibat ulahnya, saat itulah timbul rasa senangnya. Karena asyik, maka ia akan terus melakukan perbuatan tersebut. Terlebih bila orang tua membiarkan perilaku agresivitasnya. Padahal kebiasaan ini perlu diwaspadai, karena keasyikan menyakiti orang lain akan berdampak negatif terhadap perkembangan mental anak. Bukan tidak mungkin, sifat ini akan terus terbawa hingga dewasa. Anak jadi senang menyakiti orang lain
h.      Amarah, Marah merupakan emosi yang memiliki ciri-ciri aktifitas sistem saraf parasimpatik yang tinggi dan adanya perasaan tidak suka yang sangat kuat yang biasanya disebabkan adanya kesalahan, yang mungkin nyata-nyata salah atau mungkin juga tidak (Davidoff, Psikologi suatu pengantar 1991). Pada saat marah ada perasaan ingin menyerang, meninju, menghancurkan atau melempar sesuatu dan biasanya timbul pikiran yang kejam. Bila hal-hal tersebut disalurkan maka terjadilah perilaku agresi. Jadi tidak dapat dipungkiri bahwa pada kenyataannya agresi adalah suatu respon terhadap marah. Kekecewaan, sakit fisik, penghinaan, atau ancaman sering memancing amarah dan akhirnya memancing agresi. Ejekan, hinaan dan ancaman merupakan pancingan yang jitu terhadap amarah yang akan mengarah pada agresi
i.        Kesenjangan Generasi, Adanya perbedaan atau jurang pemisah (Gap) antara generasi anak dengan orang tuanya dapat terlihat dalam bentuk hubungan komunikasi yang semakin minimal dan seringkali tidak nyambung. Kegagalan komunikasi orang tua dan anak diyakini sebagai salah satu penyebab timbulnya perilaku agresi pada anak. permasalahan generation gap ini harus diatasi dengan segera, mengingat bahwa selain agresi, masih banyak permasalahan lain yang dapat muncul seperti masalah ketergantungan narkotik, kehamilan diluar nikah, seks bebas, dll.
j.        Proses Pendisiplinan yang Keliru , Pendidikan disiplin yang otoriter dengan penerapan yang keras terutama dilakukan dengan memberikan hukuman fisik, dapat menimbulkan berbagai pengaruh yang buruk bagi anak.
Jika diuraikan berdasarkan factor penyebabnya, maka perilaku agresif disebabkan oleh :
1.      Faktor Biologis, penyebab biologis dari gangguan perilaku atau emosional. misalnya, ketergantungan ibu pada alcohol ketika janin masih dalam kandungan dapat menyebAnak berkebutuhan khususan berbagai gangguan termasuk emosi dan perilaku. Ayah yang peminum alkohol menurut penelitaian juga beresiko tinggi menimbulkan perilaku agresif pada anak. Perilaku agresif dapat juga muncul pada anak yang orang tuanya penderita psikopat (gangguan kejiwaan). Selain itu, penyakit kurang gizi, bahkan cedera otak, dapat menjadi penyebab timbulnya gangguan emosi atau tingkah laku.
2.      Faktor Keluarga, seperti Pola asuh orang tua yang menerapkan disiplin dengan tidak konsisiten. Sikap permisif orang tua, Sikap yang keras dan penuh tuntutan, Gagal memberikan hukuman yang tepat, Memberi hadiah pada perilaku agresif atau memberikan hukuman untuk perilaku prososial. Kurang memonitor dimana anak-anak berada, Kurang memberikan aturan, Tingkat komunikasi verbal yang rendah, Gagal menjadi model yang baik dan Ibu yang depresif yang mudah marah.
3.      Faktor Sekolah, misalnya: teman sebaya, lingkungan sosial sekolah, para guru (model), dan  disiplin sekolah.
4.      Faktor Budaya, misalnya Pengaruh budaya yang negatif mempengaruhi pikiran melalui penayangan kekerasan yang ditampilkan di media, terutama televisi dan film. Menurut Bandura (dalam Masykouri, 2005: 12.10) mengungkapkan beberapa akibat penayangan kekerasan di media, sebagai berikut.
·         Mengajari anak dengan tipe perilaku agresif dan ide umum bahwa segala masalah dapat diatasi dengan perilaku agresif.
·         Anda menyaksikan bahwa kekerasan bisa mematahkan rintangan terhadap kekerasan dan perilaku agresif, sehingga perilaku agresif tampak lumrah dan bisa diterima.
·         Menjadi tidak sensitif dan terbiasa dengan kekerasan dan penderitaan (menumpulkan empati dan kepekaan sosial).
·         Membentuk citra manusia tentang kenyataan dan cenderung menganggap dunia sebagai tempat yang tidak aman untuk hidup.
  1. FaktorLingkungan 
1.             Kemiskinan , Bila seorang anak dibesarkan dalam lingkungan kemiskinan, maka perilaku agresi mereka secara alami mengalami penguatan (Byod McCandless dalam Davidoff, 1991). Hal ini dapat kita lihat dan alami dalam kehidupan sehari-hari di ibukota Jakarta, di perempatan jalan dalam antrian lampu merah (Traffic Light) anda biasa didatangi pengamen cilik yang jumlahnya lebih dari satu orang yang berdatangan silih berganti. Bila anda memberi salah satu dari mereka uang maka anda siap-siap di serbu anak yang lain untuk meminta pada anda dan resikonya anda mungkin dicaci maki bahkan ada yang berani memukul pintu mobil anda jika anda tidak memberi uang, terlebih bila mereka tahu jumlah uang yang diberikan pada temannya cukup besar. Mereka juga bahkan tidak segan-segan menyerang temannya yang telah diberi uang dan berusaha merebutnya
2.             Anonimitas, Kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya dan kota besar lainnya menyajikan berbagai suara, cahaya dan bermacam informasi yang besarnya sangat luar biasa. Orang secara otomatis cenderung berusaha untuk beradaptasi dengan melakukan penyesuaian diri terhadap rangsangan yang berlebihan tersebut.
3.             Suhu udara yang panas , Bila diperhatikan dengan seksama tawuran yang terjadi di Jakarta seringkali terjadi pada siang hari di terik panas matahari, tapi bila musim hujan relatif tidak ada peristiwa tersebut. Begitu juga dengan aksi-aksi demonstrasi yang berujung pada bentrokan dengan petugas keamanan yang biasa terjadi pada cuaca yang terik dan panas tapi bila hari diguyur hujan aksi tersebut juga menjadi sepi.
BAB II
PEMBAHASAN

PENANGANAN ANAK AGRESIF DI RUMAH OLEH ORANGTUA
2.1  Sifat Agresivitas Yang Biasa Ditemui Pada Anak-Anak.
1.      MENJAMBAK , Rambut menjadi sasaran empuk sikap agresif anak, karena lazimnya mudah dilihat, dijangkau, dipegang, dan ditarik-tarik oleh anak. Apalagi jika rambut yang dimiliki "lawannya" panjang dan lebat.
PENANGANAN: Orang tua hendaknya menanyakan kepada anak, mengapa ia tega menjambak rambut temannya. Bisa saja anak merasa kesal, misalnya karena pandangannya saat menonton teve terhalang oleh rambut si teman tersebut. Akhirnya, tak ada jalan lain, ia menjambak rambutnya.Setelah anak mengemukakan alasannya, jelaskan bahwa menjambak rambut bisa menyakiti sang teman. Arahkan ia agar selalu mengungkapkan keinginannya lewat kata-kata, misal, "Minggir, dong, aku enggak bisa melihat teve, nih."
2.      MEMUKUL , Inilah cara yang paling sering dilakukan anak untuk menunjukkan agresivitasnya. Apalagi selama ini banyak film beraroma keras yang ditontonnya di televisi. Tak heran jika anak merasa kesal, ia mengungkapkannya lewat cara memukul.
PENANGANAN: Cegah perilaku tersebut. Saat anak mau memukul, orang tua harus segera menangkap tangannya, lalu katakan, "Memukul itu tindakan yang tidak baik, karena bisa menyakiti. Jangan kamu lakukan itu, ya?" Beri juga batasan apa saja yang boleh dan tak boleh dilakukan saat bermain bersama teman-temannya. Jelaskan pula, kalau ia menginginkan mainan yang ada di tangan temannya, mintalah secara baik-baik. Bukannya mendorong atau memukul teman. Demikian pula jika permainan itu harus mengantri, maka orang tua menjelaskan kepada anak bahwa dirinya harus antri terlebih dulu.
Jika anak tetap juga memukul, maka orang tua harus segera membawa anak pulang ke rumah. Jangan tunggu sampai dia melakukannya 2 atau 3 kali, baru orang tua bereaksi. Anak harus tahu peraturan yang dikatakan orang tua berlaku konsisten. Ajak anak untuk berdialog. Jelaskan, dia boleh bermain mobil-mobilan lagi, asal dia berjanji tidak mengulangi tindakan agresifnya. Cara ini jauh lebih efektif daripada orang tua berteriak-teriak atau bahkan memukul anak.
3.      MENCUBIT , Meskipun jarang, cubitan juga merupakan cara ampuh bagi anak untuk "berkomunikasi" dengan teman lainnya. Apakah ia menginginkan sesuatu, kesal atau melampiaskan reaksi emosinya.
PENANGANAN: Sama dengan menangani perilaku memukul, yaitu dengan mencegah dan memberi penjelasan bahwa perilaku tersebut sangatlah buruk. Ajari juga untuk mengungkapkan keinginannya lewat kata-kata.
4.       MENGGIGIT , Menggigit adalah salah satu bentuk refleks anak saat menghadapi ancaman yang datang kepadanya. Di usia ini, fase oral masih berpengaruh. Ia akan menemukan kenikmatan lewat gigitan mulutnya. Tak jarang pula, ada rasa penasaran tentang apa yang dihadapinya, "Seperti apa, sih, rasanya kulit? Mungkin manis."
PENANGANAN: Tanyakan pada anak, kenapa dia sampai menggigit, karena bukan tak mungkin penyebabnya adalah rasa lapar. Katakan kepadanya, "Kalau kamu ingin makan, bilang saja." Penting diperhatikan, jangan sekali-sekali membalas gigitan anak dengan gigitan, karena orang tua secara tidak langsung mengajarkan cara balas dendam. Jangan sekali-kali menganjurkan anak untuk membalas apa yang telah dilakukan temannya. Kalau anak kita digigit, jangan memintanya untuk balas menggigit. Balas dendam tidak akan menyelesaikan masalah.
5.      MERUSAK MAINAN, Ada juga anak yang bersikap agresif terhadap mainan. Jika disodorkan satu kepadanya, maka ia akan segera mempereteli, merusak, bahkan membanting mainan tersebut. Gejalanya, semua mainan yang disodorkan tanpa ba-bi-bu lagi akan langsung dirusaknya.
PENANGANAN: Orang tua harus jeli melihat sikap seperti ini. Bukan tak mungkin hal itu dilakukan karena didorong rasa keingintahuan yang besar. Sikap ini jelas tidak berdampak negatif, bahkan bisa mengasah kreativitas anak. Dengan cara begitu, anak jadi tahu komponen-komponen dalam mainan tersebut alias ia semakin tahu tentang mainannya. Penyebab lain, bisa saja anak sudah bosan dengan mainan-mainan tersebut. Sebelumnya, orang tua harus memberi penjelasan saat menghadiahi anaknya mainan. Terangkan, mainan ini boleh dibongkar, tapi tidak boleh dirusak. Jika tidak, anak akan berpikir, semua mainan bisa diperlakukan seperti itu.
6.      MENYAKITI BINATANG , Bisa terjadi, tangan dan kaki si batita seperti tak pernah mau berhenti menjahili binatang. Kadang memukul, menendang, menceburkannya ke air, bahkan mengikatnya di atas pohon. Agresivitas semacam ini, yang menyasar benda-benda hidup, seperti binatang memang sudah harus diwaspadai. Bisa saja di lain waktu, ia menerapkan agresivitasnya pada manusia, dan terus menjalar hingga ia dewasa kelak. Bukan mustahil kalau dibiarkan, anak akan menemukan kesenangan terhadap apa yang dilakukannya, misal senang melihat ayam yang dilemparnya berciap-ciap kesakitan. Ini, sudah tidak wajar.
PENANGANAN: Jelaskan kepada anak, binatang juga memiliki indera perasa seperti halnya manusia. Saat dipukul, dia juga akan merasa sakit, atau binatang juga merasa tidak nyaman jika diikat.
7.      MENJERIT , Menjerit merupakan salah satu ekspresi anak dalam mengungkapkan emosi. Tak jarang perilaku ini dibarengi perilaku agresif lainnya, seperti menangis, memukul dan menggigit. Biasanya, muncul saat ia menginginkan sesuatu yang tidak bisa diraih, atau saat dirinya merasa tidak diperhatikan. Misalnya, saat anak minta dibelikan jajanan, mulanya ia hanya menarik-narik baju orang tua, tapi karena tidak direspon, ia akan menjerit seraya menggigit tangannya.
PENANGANAN: Orang tua harus selalu merespon sikap anak. Jika ia menginginkan sesuatu, segera penuhi keinginannya. Jika orang tua memang menganggap permintaannya tidak perlu dipenuhi, berikan penjelasan kepadanya, seperti, "Wah, Ibu enggak bisa membelikanmu barang itu, karena terlalu mahal. Cari barang lain saja, ya?"
8.      MELUDAH , Walaupun jarang, sikap ini termasuk salah satu bentuk agresivitas yang dilakukan anak. Sikap demikian biasanya muncul pada saat ia melihat ancaman atau ketidaknyamanan terhadap dirinya. Sikap ini jelas negatif, selain menjijikkan, juga dinilai sangat tidak sopan. Sikap ini biasanya diperoleh lewat peniruan dari lingkungan.
PENANGANAN: Jika melihat kejadian tersebut, orang tua hendaknya memberikan penjelasan bahwa kebiasaan itu sangatlah buruk dan tidak pantas dilakukan. Jika tidak mempan juga, beri ia sanksi, misalnya dengan melarangnya bermain bersama mainan kesukaannya untuk sementara waktu.  
            Jadi dapat disimpulkan, bahwa langkah-langkah yang dapat dilakukan orangtua dalam menangani anak yang berprilaku agresif adalah sebagai berikut :
1.      Peringatan Awal/Dini dan Batasan yang Jelas
Orangtua harus dengan JELAS dan SINGKAT menyampaikan kepada anak mengenai hal apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukannya di setiap kegiatan/permainan bersama dengan orang lain
2.      Cooling-Down
Begitu anak bersikap agresif, orangtua SEGERA membawa anak keluar dari tempat terjadinya agresif misalnya lapangan bola, kemudian ajaklah dia duduk bersama anda untuk melihat anak lain bermain bola. Kemudian jelaskan bahwa dia boleh bermain lagi jika dia berjanji tidak akan mengulangi tindakan agresifnya.
3.      Mengajarkan Tindakan Alternatif
TEKANKAN bahwa anak BOLEH marah, tetapi TIDAK BOLEH melampiaskannya dengan melempar, memukul ataupun menggigit. Anda bisa mengajarkan alternatif lain seperti misalnya dengan berteriak, menendang bola, atau yang lain.

4.      Memberikan Pujian
JANGANLAH kita hanya memperhatikan perilaku anak yang tidak baik saja, tetapi HARUS memperhatikan tindakannya yang baik dan dengan tulus memberikan pujian. Contohnya, jika anak sedang bermain bola dengan teman-temannya dan anak tidak mendorong temannya tetapi bisa sabar menunggu giliran, maka pujilah bahwa tindakannya itu sangat bagus.
5.      Memberikan contoh yang baik

6.      Melakukan pengawasan terhadap anak
7.      Masa beresiko
8.      Seni membagi waktu
9.      Catatan grafik bintang
10.  Uang saku
11.  Time out
12.  Mengharapkan permintaan maaf

Catatan : Tetapi yang HARUS selalu diingat adalah bahwa TIDAK ADA resep khusus yang 100% bisa diterapkan kepada semua anak . Setiap anak mempunyai ciri khasnya masing-masing. Untuk itu perlu di perhatikan hal sebagai berikut :
1.      Kepribadian anak
2.      Usia anak
3.      Kepribadian anda sebagai orangtua
4.      Pengalaman berdisiplin pada masa kanak-kanak


Referensi
3.      Seas David O dkk. Psikologi Sosial.1985. Erlangga
4.      Dr. Rimm Sylvia. 2003. Mendidik dan menerapkan disiplin pada anak pra sekolah. Gramedia Pustaka Uatma. Jakarta
6.      http://blog.kenz.or.id/2005/04/23/agresifitas-pada-anak-kecil-aan-dan-ulil.html
7.      Krahe Barbara. 2005. Perilaku Agresif. Pustaka pelajar offset. Yogyakarta
8.      Dr.John Pearce.2000. Mengatasi perilaku buruk dan menanamkan disiplin pada anak. Arcan. Jakarta
                       

say No to NARKOBA

NARKOBA
1.      Pendahuluan
Di Negara kita Indonesia, masalah merebaknya penyalahgunaan narkotika dan obat-obat berbahaya (Narkoba) kian hari kian meningnat. Walaupun disana sini ada penggerebekan dan penangkapan, akan tetapi tampaknya belum juga mereda, bahkan dapat dikatakan masih belum dapat diatasi.


2.      Pembahasan
A.    Golongan Narkoba/ nafza  yaitu sebagai berikut :
·         Narkotika : Ganja, Opioda, Kokain
·         Alkohol
·         Psikotropika : Stimulansia, Halisinogen, sedative dan hipnotika
·         Zat aditif lainnya : Inhalansia dan solven, Nikotin dan kafein

o         Narkotika
a.         Ganja, mengandung zat psikoaktiva yang disebut Delat-9 Terahydrocannabinol atau THC. Gejala pemakaian ganja berupa timbulnya perasaan gembira, meningkatkan rasa percaya diri, perasaan santai, dan merasa sejahtera. Efek psikologis dari pemakaian ganja dalam jumlah bannyak akan menimbulkan sindrom amotivasional (kehilangan motivasi untuk melakukan sesuatu), penyalahguna jadi tidak bisa memikirkan lagi masa depan dan kehilangan semangat bersaingnya, kemampuan baca, menghitung dan berbicara berkurang. Sedangkan efek fisik yaitu dapat menganggu fungsi paru-paru karena timbulnya penyakit angina pectoris, matinya sel otak, kanker, turunnya produksi leukosit, rusaknya sperma, serta dapat menyebabkan keguguran pada Ibu hamil.
b.        OPioda, sejenis zat semi sintetik yang digunakan di bidang kedokteran sebagai analgetik (pereda rasa nyeri). Sifat opioda : menghilangkan rasa nyeri, khasiat hipnotik (menidurkan), euforik (menimbulkan rasa gembira dan sejahtera), dapat menimbulkan rasa ketergantungan.
c.         Kokain (zat perangsang). Efek psikologis : munculnya perasaan gembira, terangsang, bertambahnya tenaga, percaya diri, perasaan sukses, depresi, kelelahan, kegelisahan, tegang, paranoid dll. Efek fisiologis : percepatan detak jantung, darah tinggi, suhu meningkat, bola mata mengerut, nafsu makan hilang dan tidak bisa tidur.
o      Alkohol. Pemakaiana alcohol dalam waktu lama akan menyebabkan berkurangnya kemampuan hati untuk mengoksidasi lemak, sehingga menyebabkan pelemak hati, mengurangi timbunan Vitamin A dalam hati, menimbulkan kanker , gangguan fungsi hati, hipertensi dan lain-lain.
o    Psikotropika. Adalah sejenis zat/ obat. Berkahsiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khusus pada aktivitas mental dan perilaku.
a.       Stimulansia
1.      Amfetamin. Efek : dapat menyebabkan kegilaan/ tertekan , terlalu banyak bicara, kegembiraan, emosi labil, mudah marah, mudah tersinggung, lelah dan sulit tidur
2.      Ecstasy. Efek : berkeringat, mulut kering, mata berair, kehilangan nafsu makan, mual, muntah-muntah, perasaan tertekan, bingung dan tidak bisa tidur.
3.      Fenfluramin. Efek : diare, jantung berdebar, nafsu makan hilang

b.      Halusinogen
Efek : menimbulkan efek halusinasi

c.       Sedativa dan Hipnotika
1.      Barbiturat. Efek : pernapasan lambat, detak nadi cepat dan lemah, tekanan darah   menurun, kulit berkeringat, gerakan serba lambat, bicara lambat, cadel, jalan sempoyongan, sulit berpikir, daya ingat terganggu, mudah bertengkar, curiga dan ada kecenderungan bunuh diri
2.      Benzodiazepine. Efek : rusaknya daya ingat dan kesadaran, tidak bersemangat, murung dan apatis, pelupa, kekejangan, mudah tidur, cemas dan lain-lain

o     Zat Aditif lainnya
1.      Inhalansia dan Solven. Efek : dapat merusak organ tubuh, mengalami ilusi, halusinasi, atau kemampuan persepsi yang salah, terhambatnya disfusi oksigen pada membran alveoli kapiler hingga menyebabkan kematian.
2.      Nikotin. Efek : mual, diare, nyeri kepala, keringat dingin, tidak mampu memusatkan perhatian, denyut nadi tidak stabil (cepat dan lemah), mudah marah
3.      Kafein. Efek : susah tidur, mudah marah, sakit kepala, meningkatkan tekanan darah, melebarkan bronchus, iritasi pada lambung, kelainan jantung dan lain-lain

B.     Bagaiman Terjadinya  Penyalahgunaan Narkoba ?
1.    Proses terjebak Narkoba
Gejala dini Penyalahgunaan narkoba :
a.    Prestasi di sekolah menurun
b.    Perubahan pola tidur, suka bergadang dan pagi sulit bangunkan
c.    Selera makan berkurang
d.   Banyak menghindari pertemuan dengan anggota keluarga
e.    Suka berbohong
f.      Pengeluarannya lebih besar daripada sebelumnya dan tidak jelas untuk apa
g.    Bersikap lebih kasar daripada sebelumnya
h.    Sesekali dijumpai dalam keadaan mabuk, berjalan sempoyongan, bicara cadel, mata kuyu dan kosong.

Proses terjebak Narkoba
o   Tahap Kompromi
pada tahap pertama ini individu tidak dengan tegas menentukan sikap menentang narkoba, mau bergaul dengan pemakai narkoba.
o   Tahap coba-coba
Pada tahap ini individu segan menolak tawaran/ ajakan teman untuk mencoba memakai narkoba, lalu ikut-ikkutan memakai narkoba.
o   Tahap toleransi
Dengan memakai beberapa kali, tubuh sudah menjadi toleran, dan perlu peningkatan dosis pemakaian
o   Tahap eskalasi
Terjadi peningkatan dosisi dan tambah jenis narkoba yang di pakai dengan dosis yang terus bertambah
o   Tahap habituasi
Pada tahap ini pemakaian narkoba sudah menjadi kebiasaan yang mengikat dalam diri individu.
o   Tahap adiksi/ dependensasi
Keterikan pada narkoba yang sudah mendalam sehingga tidak terlepas, gejala putus obat yang berat.
o   Tahap intoksikasi
Keracunan oleh narkoba, mengalami kerusakan pada organ tubuh dan otak, hilang kesadaran
o   Mati
Organ tubuh sudah rusak, terutama otak, biasanya menjadi gila atau terjadi kematian

Beberapa ciri psikologis dan perilaku  tertentu rentan terhadap penyalahgunaan narkoba, diantaranya adalah :
·         Mudah mengalami kekecewaan dan kecenderungan menjadi agresif dan destruktif sebagai cara menanggulangi perasaan kecewa tersebut.
·         Adanya perasaan minder/ rendah diri/ low self - esteem
·         Sifat yang tidak bisa menunggu/ bersabar berlebihan
·         Suka bertualangan, mencari sensasi
·         Adanya hambatan / penyimpangan seksual
·          Keterlabelakangan mental
·         Kurangnya motivasi untuk mencapai keberhasilan dalam pendidikan dan pekerjaan
·         Kurangnya partisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler
·          Cenderung memiliki gangguan jiwa seperti cemas, obsesif, depresi, hiperaktif
·          Mengabaikan peraturan
·         Suka bergadang
·          Kurang suka berolahraga
·         Suka melancarkan protes social
·         Cenderung makan berlebihan
·         Adanya anggota keluarga yang tergolong peminum atau pemakai obat
·         Sudah mulai merokok pada usia dini
·         Berteman sama orang peminum/ pemakai
·         Kehidupan keluarga/ diri yang kurang religious
·         Adanya anggapan bahwa hubungan dal;am kleuarganya kurang dekat


Bagan dinamika  Psikologis Terjadinya penyalahgunaan narkoba
















Faktor individu
·      Gangguan kepribadian
·      Faktor usia
·      Pandangangn/ keyakinan yang keliru

 

Faktor lingkungan
·      Keluarga
·      Tempat tinggal
·      Sekolah
·      Teman sebaya
·      Keadaan masyarakat


 














Tersedianya
narkoba di
pasaran
 


Kondisi psikologis
Yang terganggu
Dan ada pengaruh jiwa yang terganggu
 





 


















Keterangan :
1.      Faktor individu
·         Adanya gangguan keperibadian seperti gangguan berpikir, gangguan emosi, gangguan kehendak dan perilaku. Contohnya malas
·         Factor usia. Masa remaja adalah masa mulai mencari identitas dirinya yang ditandai dengan rasa ingin tahu dan suka coba-coba yang tinggi sehingga remaja mudah terjebak kedalam penggunaan narkoba.
·         Religiusitas yang rendah, sehingga tidak ada lagi patokan untuk control perilaku sehingga perilakunya sesuka hati dan tidak takut berbuat dosa
·         Pandangan/ keyakinan yang keliru. Terkait dengan sikap remaja yang meneganggap enteng hal-hal yang membahayakan dan yakin bahwa pendapat nya sendiri benar.


2.      Factor keluarga
·         Lingkungan tempat tinggal. Tinggal didaerah yang padat penduduk, suasana hiburan yang menggoda, kebiasaan hidup yang bebas, mudah membuang uang di tempat hiburan, menyebabkan hidup lepas kendali hingga remaja tersesat pada penyalahgunaan narkoba.
·         Sekolah. Lingkungan sekolah memiliki iklim belajar dan bersahabat, tetapi juga ajang persaingan yang keras, dan ini akan membuat sebagian siswa siswa menjadi frustrasi sehingga dia melarikan diri kedalam penyalahgunaan narkoba.
·         Pengaruh teman sebaya, juga dapat menyebabkan seseorang menjadi bagian dari penyalahgunaan narkoba
·         Keadaan masyarakat pada umumnya. Misal, adanya tekanan batin karena sulitnya mencari nafkah, suasana kehidupan masyarakat yang tak menentu merupakan penyebab orang merasa frustrasi dan akhirnya mencari pelarian dengan menjadi penyalahgunaan narkoba.

C.     Cara –cara melakukan pencegahan terhadap penyalahgunaan narkoba
Bagi anak-anak, selain perlu untuk diberikan pendidikan ilmu pengetahuan agar menjadi cerdas dan pandai, juga perlu untuk memberikan landasan-landasan baku untuk selanjutnya dikembangkan sesuai situasi dan kondisi anak guna pembentukan karakter ataau keperibadiannya. Landasan-landasan itu antara lain :
1.      Kecerdasan spiritual (spritual intelligence)
Anak-anak harus diajarkan untuk mengenal tuhan, takut, hormat dan memenuhi perintah-Nya, serta menjadikannya sebagai landasan untuk perilaku dan pedoman dalam hidupnya. Jika hal ini dapat dilakukan oleh anak, maka anak akan terlindung dari jalan sesat.
2.      Keccerdasan emosional (emotional intelligence)
Solvey dan Mayer mengatakan bahwa kecerdasan emosional merupakan bagian dari kecerdasan social yang melibatkan kemampuan memantau perasaan dan emosi, baik pada diri sendiri maupun orang lain, dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikirang dan tindakan. Kecerdasan emosional terbagi 5 yaitu :
·         Mengenali emosi sendiri
·         Mengelola emosi
·         Memotivasi diri sendiri
·         Mengenali emosi orang lain
·         Membina hubungan
3.      Kecerdasan moral (morality intelligence)
Anak harus belajar apa yang benar dan yang salah, dan diberi penjelasan mengapa ini benar dan itu salah.
4.      Kecerdasan social (social intelligence)
Adalah orang yang mampu memahami siapa dirinya, dimana tempatnya, dan bagaimana posisi dalam masyarakat. Dengan demikian ia akan mampu meyesuaikan dirinya dengan tuntutan masyarakat, sehingga ia bisa diterima oleh orang lain dalam masyarakat tersebut.

D.    Penanganan terhadap para korban penyalahgunaan narkoba
Perincian prosedur yang dapat dilakukan dalam penylahgunaan narkoba adalah sebagai berikut :
1.      Detoxifikasi
Dapat dilakukan dengan cara medic psikiatrik/ psikologik. Diberikan jenis obat mayortranquilizer yang ditunjukkan terhadap gangguan system neuro-transmiter susunan saraf pusat (otak). Selain itu diberikan juga analgesic. Detoxifikasi dapat dilakukan di rumah maupun di rumah sakit umum. Metode detoxifikasi ini menggunakan system blok total artinya pasien tidak boleh lagi menggunakan Nafza.
2.      Pengobatan medis untuk yang mengalami gangguan organobiologis.
Dengan penanganan oleh dokter. Yang di utamakan dalam terapis medis ini adalah agar individu secara fisik menjadi sehat.
3.      Habilitasi mental emosional.
Berupa bentuk terapi yang diberikan pada korban sesuai dengan kondisinya. Memerlukan penanganan dari psikolog, psikiater dan rohaniwan guna memberikan pengertian tentang Allah/ Tuhan dan memupuk kecerdasan spritualnya.

4.      Rehabilitasi
Bertujuan untuk mempersiapkan mantan penyalahgunaan narkoba untuk kembali ke masyarakat. Bentuk rehabilitasi itu sebagai berikut :
o   Rehabilitasi kehidupan beragama
o   Rehabilitasi fisik
o   Rehabilitasi rasa percaya diri dan harga diri
o   Rehabilitasi vokasional dan keterampilan
o   Rehabilitasi edukasional dan pendidikan
o   Rehabilitasi social

5.      Pengawasan
Dilakukan selam lebih kurang 2 tahun terhadap korban dan memerlukan bantuan dari semua pihak yang terkait. Bagi keluarga mantan penyalahgunaan narkoba, orangtua hendaknya bersikap proaktif dan dengan seksama mengikuti perkembangn putra putrinya dalam proses rehabilitasi sehingga dapat terjalin kerja sama yang baik antara semua pihak yang terkait.


DAFTAR PUSTAKA

1.      Dra. Dewi Yanny L.2003. Narkoba. Pencegahan dan penanganannya. Pt. Gramedia . Jakrta